Sekilas Perjalanan kehidupan sub suku Dayak Bakumpai di sepanjang Daerah Aliran Sungai Barito.
Kehidupan Nomaden Sub Suku Dayak Bakumpai menarik untuk disimak, mengingat keberadaan Sub Suku Dayak Bakumpai ada dan berada dimana mana diseantero wilayah provinsi Kalimantan Tengah.
Perjalanan panjang dan waktu yang lama tentunya diperlukan untuk sebuah proses dimaksud dan tentunya memerlukan kesabaran, kearifan, dan sebuah kecerdasan untuk bagaimana diterima oleh Sub Suku Dayak lainnya, hal ini terkait dengan penguasaan atas tanah dan wilayah oleh masing-masing Sub Suku Dayak lainnya dengan adat, budaya, bahasa dan agama yang berbeda dapat ditempati dan dijadikan kampung oleh warga sub suku Dayak Bakumpai.
Pengembaraan bertolak dari Barito Kuala sebagai tempat asal muasal nenek moyang sub Suku Dayak Bakumpai, dan perjalanan dimulai dari pekerjaan berdagang dan usaha dibidang tangkap ikan air tawar, berlayar menggunakan perahu menuju kearah hulu sungai Barito.
Persinggahan awal di tanah wilayah kekuasaan sub suku dayak ngaju, memohon ijin dengan bahasa santun " Ooo mang tau lah ikih mainjam petak akan manampa kubung si hituh" ?(Ooo paman bisakah kami pinjam tanah untuk bikin pondok persinggahan disini ?) dan jawab yang empunya tanah "tau"(bisa) dan tanah itu ditempati turun temurun dan akhirnya menjadi kampung, seperti : Bangkuang, Babai, dll.
Bahasa santun yang serupa diucapkan saat sampai pada wilayah tanah sub suku Dayak Dusun Witu, "Ooo mang tau lah ikih mainjam petak akan manampa kubung si hituh ?" dan jawab yang empunya tanah "tau" dan tanah itu ditempati turun temurun dan akhirnya menjadi kampung, seperti : Baru, Mampun, Buntok, dll, di wilayah/tanah sub suku Dayak Dusun Witu.
Bahasa santun yang serupa diucapkan saat sampai pada wilayah tanah sub suku Dayak Dusun Tiwei, dan tanah/wilayah itu ditempati turun temurun dan akhirnya menjadi kampung, seperti : Muara Teweh, dll di wilayah/tanah sub suku Dayak DusunTiwei.
Bahasa santun yang serupa diucapkan saat sampai pada wilayah/tanah sub suku Dayak Murung, dan wilayah/tanah itu ditempati turun temurun dan akhirnya menjadi kampung, seperti :Muara Laung, dll, di wilayah/tanah sub suku Dayak Murung.
Perjalanan mudik kehulu diteruskan dan bahasa santun yang serupa diucapkan oleh pengembara dari sub suku Bakumpai, pada saat sampai pada wilayah/ tanah sub suku Siang, dan tanah/wilayah itu ditempati turun temurun dan menjadi kampung sampai dengan saat sekarang, seperti :Puruk Cahu, Mangkahui, dll, di wilayah sub suku Dayak Siang
Pengembaraan ini tidak hanya di sepanjang sungai Barito, anak sungai Barito pun dimasuki oleh sub suku Dayak Bakumpai, seperti :
Masuk sungai Sirau, di wilayah/tanah sub suku Dayak Maanyan ada kampung Magantis dan Wungkur Nanakan,
Masuk sungai Karau, berdiri kampung Muara Plantau, Jihi, Tuyau, Ketab, Nagaleah dan Ampah di wilayah/tanah sub suku Dayak Lawangan.
Masuk sungai Ayuh diwilayah sub suku Dayak Lawangan, ada kampung Muka Haji, Kayumban, Patas dll.
Perjalanan tersebut tidak hanya dalam hal berusaha dan berdagang, keberadaan sub suku Dayak Bakumpai juga membawa siar Agama Islam di wilayah tanah Dayak dan sub suku Dayak Bakumpai sangat diterima baik dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, kepemerintahan, ketokohan, dunia pendidikan, dunia politik di tanah Dayak. Hal tersebut terbukti bahwa : Menjadi Gubernur Kalimantan Tengah, beberapa Bupati, pejabat tinggi bahkan sebagai Rektor Universitas Palangka Raya berasal dari kalangan warga sub suku Dayak Bakumpai.
Tabe dan terima kasih Dayak. Merdeka !!!!